Daftar Isi
Apa Kandungan dan Komposisi Sulfadoxine Pyrimethamine?
Kandungan dan komposisi produk obat maupun suplemen dibedakan menjadi dua jenis yaitu kandungan aktif dan kandungan tidak aktif. Kandungan aktif adalah zat yang dapat menimbulkan aktivitas farmakologis atau efek langsung dalam diagnosis, pengobatan, terapi, pencegahan penyakit atau untuk memengaruhi struktur atau fungsi dari tubuh manusia.
Jenis yang kedua adalah kandungan tidak aktif atau disebut juga sebagai eksipien. Kandungan tidak aktif ini fungsinya sebagai media atau agen transportasi untuk mengantar atau mempermudah kandungan aktif untuk bekerja. Kandungan tidak aktif tidak akan menambah atau meningkatkan efek terapeutik dari kandungan aktif. Beberapa contoh dari kandungan tidak aktif ini antara lain zat pengikat, zat penstabil, zat pengawet, zat pemberi warna, dan zat pemberi rasa. Kandungan dan komposisi Sulfadoxine Pyrimethamine adalah:- Sulfadoxine 500 mg
- Pyrimethamine 25 mg
Sulfadoxine Pyrimethamine Obat Apa?
Apa Indikasi, Manfaat, dan Kegunaan Sulfadoxine Pyrimethamine?
Indikasi merupakan petunjuk mengenai kondisi medis yang memerlukan efek terapi dari suatu produk kesehatan (obat, suplemen, dan lain-lain) atau kegunaan dari suatu produk kesehatan untuk suatu kondisi medis tertentu. Sulfadoxine Pyrimethamine adalah suatu produk kesehatan yang diindikasikan untuk:
Serangan akut malaria falciparum yang resisten terhadap klorokuin.
Apa Saja Kontraindikasi Sulfadoxine Pyrimethamine?
Kontraindikasi merupakan suatu petunjuk mengenai kondisi-kondisi dimana penggunaan obat tersebut tidak tepat atau tidak dikehendaki dan kemungkinan berpotensi membahayakan jika diberikan. Pemberian Sulfadoxine Pyrimethamine dikontraindikasikan pada kondisi-kondisi berikut ini:
Hipersensitivitas, malaria resisten, anemia megaloblastik sekunder akibat defisiensi folat. Kehamilan dan menyusui.
Pemberian Obat
Harus diberikan bersamaan dengan makanan dan disertai dengan konsumsi banyak cairan/air minum. Telan utuh, tanpa dikunyah, tidak boleh dipecah atau digerus.
Apa saja Perhatian Penggunaan Sulfadoxine Pyrimethamine?
Kerusakan ginjal atau hati; defisiensi folat; Pantau kadar darah dan trombosit setiap 2 minggu dengan pengobatan berkepanjangan dan dosis besar. Hentikan penggunaan jika terjadi reaksi kulit, sakit tenggorokan atau sesak napas.
Pertanyaan yang Sering Diajukan
Apakah Aman Menggunakan Sulfadoxine Pyrimethamine Saat Mengemudi atau Mengoperasikan Mesin?
Jika Anda mengalami gejala efek samping seperti mengantuk, pusing, gangguan penglihatan, gangguan pernapasan, jantung berdebar, dan lain-lain setelah menggunakan Sulfadoxine Pyrimethamine, yang dapat mempengaruhi kesadaran atau kemampuan dalam mengemudi maupun mengoperasikan mesin, maka sebaiknya Anda menghindarkan diri dari aktivitas-aktivitas tersebut selama penggunaan dan konsultasikan dengan dokter Anda.
Bagaimana Jika Saya Lupa Menggunakan Sulfadoxine Pyrimethamine?
Jika Anda lupa menggunakan Sulfadoxine Pyrimethamine, segera gunakan jika waktunya belum lama terlewat, namun jika sudah lama terlewat dan mendekati waktu penggunaan berikutnya, maka gunakan seperti dosis biasa dan lewati dosis yang sudah terlewat, jangan menggandakan dosis untuk mengganti dosis yang terlewat. Pastikan Anda mencatat atau menyalakan pengingat untuk mengingatkan Anda mengenai waktu penggunaan obat agar tidak terlewat kembali.
Apakah Saya Dapat Menghentikan Penggunaan Sulfadoxine Pyrimethamine Sewaktu-waktu?
Beberapa obat harus digunakan sesuai dengan dosis yang diberikan oleh dokter. Jangan melebih atau mengurangi dosis obat yang diberikan oleh dokter secara sepihak tanpa berkonsultasi dengan dokter. Obat seperti antibiotik, antivirus, antijamur, dan sebagainya harus digunakan sesuai petunjuk dokter untuk mencegah resistensi dari bakteri, virus, maupun jamur terhadap obat tersebut. Konsultasikan dengan dokter mengenai hal ini.
Jangan menghentikan penggunaan obat secara tiba-tiba tanpa sepengetahuan dokter, karena beberapa obat memiliki efek penarikan jika penghentian dilakukan secara mendadak. Konsultasikan dengan dokter mengenai hal ini.
Bagaimana Cara Penyimpanan Sulfadoxine Pyrimethamine?
Setiap obat memiliki cara penyimpanan yang berbeda-beda, cara penyimpanan dapat Anda ketahui melalui kemasan obat. Pastikan Anda menyimpan obat pada tempat tertutup, jauhkan dari panas maupun kelembapan. Jauhkan juga dari paparan sinar Matahari, jangkauan anak-anak, dan jangkauan hewan.
Bagaimana Penanganan Sulfadoxine Pyrimethamine yang Sudah Kedaluwarsa?
Jangan membuang obat kedaluwarsa ke saluran air, tempat penampungan air, maupun toilet, sebab dapat berpotensi mencemari lingkungan. Juga jangan membuangnya langsung ke tempat pembuangan sampah umum, hal tersebut untuk menghindari penyalahgunaan obat. Hubungi Dinas Kesehatan setempat mengenai cara penangangan obat kedaluwarsa.
Apa Efek Samping Sulfadoxine Pyrimethamine?
Efek Samping merupakan suatu efek yang tidak diinginkan dari suatu obat. Efek samping ini dapat bervariasi pada setiap individu tergantung pada pada kondisi penyakit, usia, berat badan, jenis kelamin, etnis, maupun kondisi kesehatan seseorang. Efek samping Sulfadoxine Pyrimethamine yang mungkin terjadi adalah:
Urtikaria, serum sickness, fotosensitifitas, arthralgia, mual, muntah, sakit perut, diare, sakit kepala, neuritis perifer, ataksia, tinnitus, vertigo, kejang, toxic nephrosis dan infiltrat paru menyerupai eosinophilic atau alveolitis alergi. Berpotensi Fatal: sindrom Stevens-Johnson, toxic epidermal necrolysis, nekrosis hati fulminan, diskrasia darah, reaksi anafilaktoid.
Apa Saja Interaksi Obat Sulfadoxine Pyrimethamine?
Interaksi obat merupakan suatu perubahan aksi atau efek obat sebagai akibat dari penggunaan atau pemberian bersamaan dengan obat lain, suplemen, makanan, minuman, atau zat lainnya. Interaksi obat Sulfadoxine Pyrimethamine antara lain:
Lorazepam dapat menyebabkan hepatotoksisitas. Peningkatan risiko penekanan sumsum tulang saat digunakan dengan agen yang memiliki sifat myelosuppressive misalnya proguanil, sulfonamida, zidovudin dan sitostatik. Peningkatan risiko pansitopenia serius dan anemia megaloblastik bila digunakan dengan kotrimoksazol atau sulfonamida lainnya.
Bagaimana Kategori Keamanan Penggunaan Sulfadoxine Pyrimethamine Pada Wanita Hamil?
Kategori keamanan penggunaan obat untuk wanita hamil atau pregnancy category merupakan suatu kategori mengenai tingkat keamanan obat untuk digunakan selama periode kehamilan apakah memengaruhi janin atau tidak. Kategori ini tidak termasuk tingkat keamanan obat untuk digunakan oleh wanita menyusui.
FDA (Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika Serikat) mengkategorikan tingkat keamanan obat untuk wanita hamil menjadi 6 (enam) kategori yaitu A, B, C, D, X, dan N. Anda bisa membaca definisi dari setiap kategori tersebut di sini. Berikut ini kategori tingkat keamanan penggunaan Sulfadoxine Pyrimethamine untuk digunakan oleh wanita hamil:FDA Kategori C: Studi pada binatang percobaan telah memperlihatkan adanya efek samping pada janin (teratogenik atau embroisidal atau lainnya) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita, atau studi pada wanita dan binatang percobaan tidak dapat dilakukan. Obat hanya boleh diberikan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.
Malaria adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk dari manusia dan hewan lain yang disebabkan oleh protozoa parasit (sekelompok mikroorganisme bersel tunggal) dalam tipe Plasmodium. Malaria menyebabkan gejala yang biasanya termasuk demam, kelelahan, muntah, dan sakit kepala. Dalam kasus yang parah dapat menyebabkan kulit kuning, kejang, koma, atau kematian. Gejala biasanya muncul sepuluh sampai lima belas hari setelah digigit. Jika tidak diobati, penyakit mungkin kambuh beberapa bulan kemudian. Pada mereka yang baru selamat dari infeksi, infeksi ulang biasanya menyebabkan gejala ringan. resistensi parsial ini menghilang selama beberapa bulan hingga beberapa tahun jika orang tersebut tidak terpapar terus-menerus dengan malaria. Penyakit ini paling sering ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Gigitan nyamuk memasukkan parasit dari air liur nyamuk ke dalam darah seseorang. Parasit bergerak ke hati di mana mereka dewasa dan bereproduksi. Lima spesies Plasmodium dapat menginfeksi dan disebarkan oleh manusia. Sebagian besar kematian disebabkan oleh P. falciparum karena P. vivax, P. ovale, and P. malariae umumnya menyebabkan bentuk yang lebih ringan dari malaria. Spesies P. knowlesi jarang menyebabkan penyakit pada manusia. Malaria biasanya didiagnosis dengan pemeriksaan mikroskopis darah menggunakan film darah, atau dengan uji diagnostik cepat berdasarkan-antigen. Metode yang menggunakan reaksi berantai polimerase untuk mendeteksi DNA parasit telah dikembangkan, tetapi tidak banyak digunakan di daerah di mana malaria umum karena biaya dan kompleksitasnya. Antimalaria adalah zat yang digunakan untuk mematikan parasit malaria. |
Berapa Dosis dan Bagaimana Aturan Pakai Sulfadoxine Pyrimethamine?
Dosis adalah takaran yang dinyatakan dalam satuan bobot maupun volume (contoh: mg, gr) produk kesehatan (obat, suplemen, dan lain-lain) yang harus digunakan untuk suatu kondisi medis tertentu serta frekuensi pemberiannya. Biasanya kekuatan dosis ini tergantung pada kondisi medis, usia, dan berat badan seseorang. Aturan pakai mengacu pada bagaimana produk kesehatan tersebut digunakan atau dikonsumsi. Berikut ini dosis dan aturan pakai Sulfadoxine Pyrimethamine:
Dewasa: Diminum (Per tablet berisi sulfadoksin 500 mg dan pirimetamin 25 mg): 2-3 tab sebagai dosis tunggal. Jangan ulangi dalam 7 hari. Detil aturan minum: Per oral: Untuk pengobatan serangan akut falciparum malaria yang resisten terhadap klorokuin: Dewasa: Per tab berisi pirimetamin 25 mg dan sulfadoksin 500 mg: 2-3 tab sebagai dosis tunggal. Jangan ulangi setidaknya dalam 7 hari. Anak: Pirimetamin 25mg + Sulfadoksin 500mg (Tablet): <2 tahun (5-10 kg): ½ tab sebagai dosis tunggal. 2-5 tahun (> 10-20 kg): 1 tab sebagai dosis tunggal. 5-10 tahun (<20-30 kg): 1 ½ tab sebagai dosis tunggal. 10-14 tahun (> 30-45 kg): 2 tab sebagai dosis tunggal. Jangan ulangi setidaknya dalam 7 hari.
Bagaimana Kemasan dan Sediaan Sulfadoxine Pyrimethamine?
, Sediaan, Izin BPOM
- GKL8920903410A2, Sulfadoxine Pyrimethamine, Dus @ 10 blister @ 10 tablet, 500/25 mg
- GKL8912510110A1, Sulfadoxine Pyrimethamine, Botol 100 tablet, 500/25 mg
- GKL8912510110A2, Sulfadoxine Pyrimethamine, Dus @ 10 strip @ 10 tablet, 500/25 mg
Apa Nama Perusahaan Produsen Sulfadoxine Pyrimethamine?
Produsen obat (perusahaan farmasi) adalah suatu perusahaan atau badan usaha yang melakukan kegiatan produksi, penelitian, pengembangan produk obat maupun produk farmasi lainnya. Obat yang diproduksi bisa merupakan obat generik maupun obat bermerek. Perusahaan jamu adalah suatu perusahaan yang memproduksi produk jamu yakni suatu bahan atau ramuan berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sari, atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang telah digunakan secara turun-temurun untuk pengobatan. Baik perusahaan farmasi maupun perusahaan jamu harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Setiap perusahaan farmasi harus memenuhi syarat CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik), sedangkan perusahaan jamu harus memenuhi syarat CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik) untuk dapat melakukan kegiatan produksinya agar produk yang dihasilkan dapat terjamin khasiat, keamanan, dan mutunya. Berikut ini nama perusahaan pembuat produk Sulfadoxine Pyrimethamine:Kimia Farma
PT. Kimia Farma merupakan suatu perusahaan farmasi Indonesia yang menurut sejarahnya sudah ada sejak jaman Hindia-Belanda. Perusahaan ini berdiri pada 1817 yang pada awalnya perusahaan ini bernama NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co yang kemudian oleh Pemerintah Indonesia dimasa awal kemerdekaan dinasionalisasi dan dilakukan peleburan dengan beberapa perusahaan farmasi lainnya pada 1958 yang kemudian namanya berubah menjadi PNF (Perusahaan Negara farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Pada 16 Agustus 1971, status PNF berubah menjadi PT dan namanya kembali mengalami perubahan menjadi PT. Kimia Farma (persero). Pada 4 Juli 2001, status PT. Kimia Farma berubah menjadi perusahaan publik seiring dengan pencatatan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (Saat ini menjadi Bursa Efek Indonesia) sehingga berubah namanya menjadi PT. Kimia Farma Tbk. Jumlah karyawan perusahaan ini diperkirakan mencapai 5.758 orang. Perusahaan ini telah mengantongi berbagai sertifikat mutu seperti CPOB, ISO 9001, ISO 9002, ISO 14001, dan juga telah mendapatkan persetujuan dari US-FDA sehingga produk perusahaan ini bisa dipasarkan di Amerika Serikat. PT. Kimia Farma memiliki beberapa fasilitas produksi yang terletak di berbagai daerah yang berbeda yakni Jakarta, Bandung, Semarang, Sarolangun, Watukadon, dan Tanjung Morawa. Setiap fasilitas produksi memproduksi produk yang berbeda-beda. Untuk pemasaran produk, PT. Kimia Farma melakukannya melalui anak perusahaannya bernama PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) yang memang dibentuk untuk pemasaran dan penjulan produk induk perusahaannya. Perusahaan ini memiliki 46 cabang yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri. Selain bergerak di bidang produksi produk obat dan farmasi, PT. Kimia Farma juga merambah bisnis apotek, laboratorium, dan klinik kesehatan. PT. Kimia Farma Apotek merupakan anak perusahaan yang didirikan untuk menjalankan dan mengelola bisnis apotek dan PT Kimia Farma Diagnostik untuk usaha laboratorium dan diagnostik. Baru-baru ini PT. Kimia Farma megakuisisi PT. Phapros, salah satu perusahaan farmasi terbesar di Indonesia. Produk PT. Kimia Farma selain dijual di Indonesia juga diekspor ke berbagai negara di dunia. Beberapa produk yang dijual selain obat jadi dan sediaan farmasi, juga menjual bahan baku pembuatan obat seperti iodine dan quinine. Produk-produk tersebut diekpor ke beberapa negara seperti India, Jepang, Taiwan, New Zealand, dan negara-negara Eropa. Untuk produk kosmetik, produk PT. Kimia Farma telah berhasil menembus pasar Korea Selatan, Singapura, Malaysia, Arab Saudi, dan Vietnam. |